2016 | Operasi Pertama : Pemasangan Pen - ila yahya

23.4.16

2016 | Operasi Pertama : Pemasangan Pen




Setelah menunggu selama sebulan, akhirnya BPJS-ku aktif dan pengurusan Jasa Raharja kelar. Jasa Raharja menanggung biaya pengobatanku sampai 10 Juta. Jadi kalau biaya operasi dan biaya lain-lainnya lebih dari 10 Juta, bakal di-cover oleh BPJS. Makassiihhh Jasa Raharja.. Makasih BPJS.. ^_^

Sekilas tentang BPJS dan Jasa Raharja. Pasien akibat kecelakaan lalu lintas tidak langsung ditanggung oleh BPJS karena korban kecelakaan lalu lintas sudah ada penanggung pertamanya yaitu Jasa Raharja. Kecuali jika biaya pengobatan melebihi santunan yang diberikan Jasa Raharja, barulah ditutupi oleh BPJS.  Dan besaran santunan yang diberikan oleh Jasa Raharja berbeda-beda berdasarkan tingkat keparahan pada korban kecelakaan dan jenis alat angkutannya (Darat, Laut atau Udara).

 

Untuk lebih jelasnya, silahkan ke webnya Jasa Raharja. Di situ ada lingkup jaminan dari Jasa Raharja, prosedur pengajuan, dan formulir pengajuan santunan kecelakaan lalu lintas.

Sebelum Operasi
Saya ingin dioperasi di RS Unhas. Mengapa ? (Padahal ada banyak Rumah Sakit di Makassar). Ada 4 poin mengapa saya ingin dioperasi di Rumah Sakit itu; 
  1. Sejak awal kecelakaan, saya telah ditangani oleh UGD RS Unhas, 
  2. Kebetulan kakak saya perawat di sana (pastinya dia sudah mengetahui seluk beluk Rumah Sakit itu. Lagian kalau mau ngurus ini-itu, kan bisa dia yang ngurus), 
  3. RS Unhas tergolong rumah sakit baru, pelayanan dan fasilitasnya sangat bagus dan saya percaya Rumah Sakit itu bisa menyembuhkan saya (tentunya dengan izin Allah SWT),
  4. Saya suka suasana Rumah Sakit itu. Apalagi ada pemandangan indahnya (baca: Grand Piano) hahah.
    Poin tambahan, karena saya anak Unhas. hahahah  Ini serius loohh.. Saya yakin selain dari segi pendidikan, Unhas juga akan memberikan fasilitas dan pelayanan terbaik dari segi kesehatan.
      Tanggal 9 Februari 2016 saya konsultasi ke Poliklinik Orthopedi RS Unhas. Kondisi tulangku sempat diperiksa oleh dokter, dan katanya bagian patahannya sudah agak mengeras. Dokter curiga kalau tulangnya sudah nyambung tapi tidak pas. kalaupun dioperasi, harus dipatah dulu baru di pasang kembali, kata dokternya. *Laahhh itu gimana ceritanya yah tulang dipatah dulu baru disambung kembali. Dan sebelum imajinasi aneh-anehku tentang tulang ini semakin jauh, dokter merujuk saya ke bagian Radiologi untuk Rontgen sekali lagi supaya kondisi tulangnya kelihatan. Berhubung yang ngantri untuk Rontgen sangat banyak, alhasil saya dapat giliran jam 3 dan hasilnya besok baru keluar.
      Besoknya saya kembali lagi ke Rumah Sakit itu. Dan inilah hasil Rontgen-nya:



      Coba deh bandingkan dengan foto Rontgen sebelumya;



      [11 Januari 2016]  
       [9 Februari 2016]
                                           
      Ternyata tulangnya tidak tersambung sama sekali dan masih tetap pada posisinya. Okeh fix saya semakin yakin untuk dioperasi, *Demi sang Tulang agar bisa cantik kembali. 

      Tanggal 11 Februari 2016 saya masuk RS Unhas dan besoknya (12 Februari 2016) jam 1 siang adalah jadwal operasiku. Ada waktu sehari untuk mempersiapkan segalanya. Dan yang paling penting adalah persiapan mental. Walaupun saya tidak takut bahwa akan dioperasi, tapi ini adalah operasi pertamaku dan pastinya mental harus benar-benar siap. Jangan sampai mikir yang macam-macam sampai menimbulkan stres dan menyebabkan tensi naik. Kan tidak lucu kalau operasinya ditunda karena tensinya naik. Pokoknya tenang saja. Pasrahkan segalanya pada Allah dan percayakan operasinya pada tim dokter. 

      Berhubung keluarga belum ada yang datang, maka sayalah yang harus mengurus segalanya. Mulai dari mengantar resep ke basement, mengambil hasil lab darah ke lt.1, sampai membeli makan siang. Dengan gelang pasien yang telah terpasang di pergelangan tangan, saya dengan cuek dan PeDe-nya mondar-mandir di Rumah Sakit itu seperti anak hilang. 

      Setelah semuanya kelar, saya kembali ke kamar dan berencana untuk tidur. Tidak lama kemudian, kunjungan dari dokter dan perawat mulai berdatangan. Yang pertama adalah dari perawat yang datng mengingatkanku agar tidak kemana-mana karena sebentar lagi dokter akan datang mengecek keadaanku. Dan rupanya benar, tidak lama setelah perawat pergi, dokter Orthopedi yang menanganiku datang memeriksa bagian tulangku yang patah. 

      Setengah jam setelahnya, dokter Anestesi datang memeriksa keadaanku dan menjelaskan seputar Anestesi besok beserta resiko-resiko yang mungkin terjadi. Horror banget deh kata-katanya..  "Kita hanya bisa melakukan yang terbaik, namun yang menentukan adalah Allah. Segala sesuatu pasti ada dampaknya, termasuk Anestesi. Anestesi itu bahaya, minimal bahaya yang mungkin terjadi adalah bibir bisa robek karena akan dimasukkan selang lewat mulut. Yang paling fatal bisa menyebabkan meninggal karena jalan nafas akan diambil alih. Memang kejadian seperti ini sangat jarang terjadi. Namun kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi. Tapi pastinya kami akan melakukan yang terbaik. Jadi banyak-banyak berdoa yah..." Kata dokter Anestesi. Dan karena perkataan dokter Anestesi itu, keoptimisanku untuk operasi turun 1%. Tapi saya sudah memasrahkan segalanya pada Allah dan percaya bahwa operasinya akan lancar dan sukses. 

      Belum lama setelah dokter Anestesi pergi, petugas dari lab datang mengambil sampel darahku. Sebenarnya saya agak gimana yah sama jarum suntik. Mungkin karena jarum suntik mengingatkanku pada pengalaman tidak mengenakkan saat menjadi kelinci percobaannya kakak sewaktu dia masih kuliah dulu, disuntik beberapa kali tapi jarumnya meleset terus (sampai 4 kali).  -_-

      Operasi
      Malam sebelum operasi saya dikasih obat Ranitidine dan Alprazolam untuk diminum jam 10 malam. Dan saya disuruh berpuasa selama 8 jam sebelum operasi. Mungkin lebih tepatnya adalah pengosongan lambung. Biar saat operasi, tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya tiba-tiba muntah saat berlangsungnya operasi. Kan bahaya tuh...


      Pagi harinya, sebelum perawat datang untuk memasang infus, saya mandi dulu. Kan kalau sudah operasi, pastinya bakal susah mandi. Dua jam setelahnya, perawat datang untuk memasang infus dan tes obat melalui suntik dibawah kulit. Jadi total suntik 3 kali; ambil sampel darah, infus dan tes obat. Tes obat ini gunanya untuk ngetes apakah obat yang bakal dikasih ke saya saat operasi nanti akan menyebabkan saya alergi pada obat itu atau tidak. Dan sebelum perawat menyuntikkan obat itu, dia sempat bilang; "ini sakit sekali yah. kalau mau teriak, teriak saja". Saya hanya tersenyum. Daaannn ternyata diantara 3 suntikan yang ada, inilah yang paling sakit. Ini seperti digigit semut, tapi rajanya semut, sakit pake bangeettt. :'(

      Jam menunjukkan pukul 1 siang. Sayapun dijemput oleh perawat untuk menuju ruang operasi. Di ruang operasi, saya dibantu mama dan seorang perawat untuk mengganti pakaian dengan pakaian operasi yang telah disediakan. Setelah itu, saya berbaring di tempat yang telah disediakan. Di situ sudah banyak dokter dan perawat yang bersiap. Mereka tampak saling bercanda dan beberapa kali bercanda dengan saya, mungkin agar saya tidak nervous. Mereka berdoa bersama, dan setelah itu saya dibawa ke meja operasi. Saya sempat mendengar soal pemasangan kateter. Berhubung selama ini kakak sering berbagi pengetahuan seputar medis ke saya, Istilah kateter jadi tidak asing lagi di telingaku. Saya tahu apa itu kateter dan bagaimana pemasangannya. Oleh karena itu,  Saya tidak ingin dipasangi kateter. Dan tiba-tiba saya teringat kata-kata dokter Anestesi yang mengunjungi saya kemarin yang mengatakan; "kamu sudah nikah? | belum | Kalau belum, nanti tidak usah dipasangi kateter ". Saya menyampaikan itu ke perawat yang ada di sebelahku. Kebetulan dokter yang mengatakan itu kemarin ada di sebelahku juga dan mengatakan ke perawatnya agar saya tidak usah dipasangi kateter. *Alhamdulillah yah... 

      Sedikit mengenai kateter, Kateter adalah selang yang digunakan untuk memasukkan dan mengeluarkan cairan. Paling umum kateter dimasukkan melalui uretra ke kandung kemih untuk mengalirkan urin. Ini digunakan sebagai alternatif buang air kecil untuk orang yang terbatasi di tempat tidur atau yang mengalami permasalahan urin yang sulit keluar.


      Bismillah.. Dokter Anestesi pun memulai pembiusan, bius total. Kata-kata terakhir yang saya dengar saat itu dari dokter Anestesi; "ini dihirup yah (sambil memasangkan sesuatu di area hidung dan mulutku), memang agak aneh baunya, tapi dihirup saja", kata dokternya
      Setelah itu.......... Saya tertidur......... Entah apa yang terjadi.......


      .................................................................................................

      Entah berapa jam kemudian, saya setengah sadar dan mulai merasa mual. Kemudian saya dibawa ke ruang Rontgen. Dan inilah hasil Rontgen-nya:


      [12 Februari 2016]

      Hingga jam menunjukkan pukul 5 sore, saya kembali ke kamar dan mulai mual & muntah-muntah. Muntah air lebih dari 8x dan langit-langit rumah sakit terlihat berputar. Yah.. Itu masih efek dari Anestesi.


      .................................................................................................

      Sejak saya mengetahui bahwa saya patah tulang, saya telah yakin ingin dioperasi agar tulang saya bisa tersambung dengan baik. Banyak yang mempengaruhi agar saya tidak usah operasi dan menganjurkan untuk diurut saja. Namun saya tetap ingin dioperasi, lebih menjamin aja kalau tulangnya benar-benar tersambung dengan baik. Saya juga ingin membuktikan pada diri saya sendiri bahwa operasi pemasangan pen tidak sehorror yang orang-orang katakan. Malahan lebih horror diurut, tanpa obat bius dan tulangnya dipaksa sejajar kembali (walau tidak ada jaminan apakah tulangnya benar-benar tersambung dengan baik atau tidak). Intinya Yakin ! Yakin ingin diurut atau ingin dioperasi. Karena banyak juga korban patah tulang yang katanya tulangnya bagus kembali setelah diurut. Tapi kalau saya sih memang tidak ingin merasakan kesakitan saat diurut. Makanya lebih pilih operasi.

      Baca juga : Kecelakaan dan Patah Tulang | Setelah Operasi Pemasangan Pen Bagian I | Setelah Operasi Pemasangan Pen Bagian II.


      4 comments:

      1. Cek inbox FB dong mbak

        ReplyDelete
      2. Kejadian yg sama.. Saya kena di tulang traficula sebelah kiri
        .

        ReplyDelete
      3. Ada cabut benang g?ceritain donk

        ReplyDelete
      4. 1 bulan yg lalu sy juga dioperasi pasang pen klavikula bahu kanan tapi Alhamdulillah saat sadar tidak mengalami muntah sama sekali. Dan saat cabut benangpun tidak terasa sama sekali karena masih ada efek ba'al.

        ReplyDelete

      Terima kasih telah membaca tulisan ini. Silahkan tinggalkan komentar ^_^

      @ilayahya_