2017 - ila yahya

4.6.17

2017 | Operasi Kedua : Remove Implant [Pelepasan Pen]
June 04, 2017 3 Comments


Hari demi hari pun terlewati bersama pen yang terpasang di bahu kiri selama 1 tahun 1 bulan. Dan akhirnya, di bulan Maret 2017 saya menjalani operasi kedua untuk remove implant, atau yang lebih dikenal dengan operasi pelepasan pen.

Sebenarnya ini lewat sebulan dari rencana sebelumnya yang akan operasi pelepasan pen di bulan Februari 2017. Tapi karena saya salah strategi, akhirnya saya harus menunggu antrian kamar selama 2 bulan baru bisa masuk ruang perawatan. Kok lama gitu? Iya emang lama, untuk operasi yang tidak darurat, harus bersabar menunggu antrian kamar.

Sebelumnya, di 12 Januari 2017 saya kembali kontrol ke poli RS Unhas untuk berkonsultasi dengan dokter perihal operasi pelepasan pen. Saya kemudian dirujuk ke bagian Radiologi untuk melakukan Rontgen agar kondisi terbaru tulang saya dapat dilihat. Setelah itu, saya mengantarkan beberapa lembar kertas dari poli ke bagian Admisi agar bisa mulai mengantri kamar, dan saat itu saya mendapat no. antrian ke 33. Hahaha saya jadi mikir, kalau yang masuk antrian baru di no. 2, saya kapan operasinya? 2 ke 33 itu jauh bangeettt. Tapi saya anaknya sabar dan terbiasa nunggu kok. *Cieehhhh...

Saya terus menunggu dan menunggu. berharap secepatnya bisa mengeluarkan benda asing yang ada di bahu kiri ini. Memasuki bulan Februari, kakak  yang merupakan seorang perawat di RS tersebut terus menanyakan pada bagian admisi, saya sudah ada di no. antrian ke berapa, dan ternyata masih jauh.

Memasuki bulan Maret, kakak bertanya lagi pada admisi. Dan lagi-lagi masih jauh, masih ada 12 no. antrian sebelum giliran saya. Mungkin karena bagian admisi telah capek ditanyai terus, kakak kemudian disarankan untuk bertemu dokter yang menangani saya agar dibuatkan jadwal operasi sehingga saya bisa diprioritaskan bila telah ada jadwal operasi. Dan dokter menetapkan jadwal operasi saya pada 21 Maret 2017.

20 Maret 2017 saya masuk ruang perawatan. Karena merasa capek, saya kemudian berbaring dan mulai membaca buku dengan headset yang terpasang di telinga. Penjaga pasien di sebelah bed saya kemudian datang dan pembicaraan singkat kami dimulai;
Ibu     :     Permisi, di mana pasiennya?
Saya   :     Iya? Saya bu' pasiennya. *Sambil tersenyum halus
Ibu     :     Oh, Sakit apa dek? (mungkin beliau heran, ini orang sehat ngapain ada di sini) 
Saya   :     Besok saya mau operasi pelepasan pen bu'.
Ibu     :    Oh gitu. Bgini dek, ini anak saya, pasien yang di sebelahnya adek, kalau malam suka teriak-teriak sendiri. Jadi saya minta maaf memang kalau adek terganggu.
Saya   :    Oh iya bu'. Tidak apa-apa. Semoga anaknya cepat sembuh, bu'.
Ibu     :     Terima kasih dek. Saya ke sebelah dulu..
Tak lama setelah ibu tadi pergi, seorang perawat datang dan mengatakan bahwa saya jangan ke mana-mana dulu, soalnya bakal ada dokter Anesthesi yang akan mengunjungi saya. Dan ketika dokter Anesthesi datang, kebetulan kakak juga ada di situ. Setelah dokter melakukan beberapa pemeriksaan, sambil bercanda, kakak kemudian bilang ke dokter,"dok, besok jangan mi tawwa pasang kateter" | "oh iya, tidak usah pasang kateter kalau tidak mau. Sakit memang tawwa ketika dilepas". Dalam hati saya; "Alhamdulillah.. tidak pasang kateter. Terbaik memang kakakku yang satu ini".

Sama seperti yang dulu, sebelum operasi, saya harus menjalani tiga kali suntikan; tes darah, pasang infus, skin test. Dan skin test -lah yang paling juara sakitnya, iya memang seperti digigit semut, tapi rajanya semut. Wkwkwkwk

Jadwal operasi sudah ditetapkan, jam 8 pagi. Dan saya harus berpuasa selama 8 jam sebelum operasi. Sebenarnya, di malam hari saya menghindari makanan kelas berat seperti bata, beton dan tiang listrik #Eeeehhhh :D :D. Di malam hari, sebisa mungkin saya menghindari makan nasi. Tapi karena saya harus berpuasa selama 8 jam dan pastinya setelah operasi saya tidak boleh makan dan minum dulu untuk menghindari efek anesthesi, yaitu muntah (pengalaman tahun lalu), maka terpaksa malam itu saya memutuskan untuk sahur di jam 12 malam. Hahahah.

Malam itu saya benar-benar sulit tidur. Selain karena tidak nyaman, setiap saya hampir tertidur, saya tiba-tiba terbangun karena teriakan-teriakan dari pasien di sebelah saya.

Namun siapa sangka, menjelang pukul 1 dini hari, pasien itu pergi untuk selama-lamanya. Yah, dia telah meninggal. Saya mendengar dengan jelas bagaimana detik-detik dia gawat, dia beristigfar sambil teriak-teriak. Sangat jelas terdengar ketika ibunya memanggil nama pasien itu disusul dengan suara perawat yang mencoba menyadarkannya. Kemudian perawat berlari keluar memanggil dokter. Saya mendengar dengan jelas bagaimana dokter masih ingin berusaha mengembalikan denyut jantung pasien itu dengan harapan semoga masih bisa kembali, namun pihak keluarga menolak karena mereka pikir inilah jalan terbaik, pasien itu telah menderita beberapa bulan ini. Mereka mengikhlaskan kepergiannya. Malam itu menjadi malam yang sangat menyedihkan.

Kembali ke tokoh utama, Hahaha. Sama seperti operasi pertama, saya tidak ada rasa takut sama sekali untuk menjalani operasi kedua. Karena saya telah pasrah pada Allah dan percaya pada dokter yang akan menangani saya.

Entah hanya tidur berapa jam, saya kemudian terbangun pukul 6 pagi dan langsung mandi. Sebelum jam menunjukkan pukul 8 pagi, seorang perawat datang menjemput saya untuk dibawa ke ruang operasi.

Di ruang operasi, saya melihat dokter dan perawat saling bercanda. Beberapa saat kemudian, saya pun mulai tidak sadarkan diri.
Reading Time:

4.5.17

Mules yang Berujung pada Tilang. Anggap Saja Habis SEDEKAH
May 04, 20170 Comments


Hari ini ada pelatihan Copywriting dan selesai sekitar jam 12 siang. Saya kemudian buru-buru pulang karena setelah ini masih harus ke rumah teman. Ditambah lagi di perjalanan pulang, perut terasa mules. Sampai di Adipura, biasanya saya belok kiri untuk menuju rumah. Tapi entah mengapa, hati saya pengennya jalan terus. Di lampu merah, lampu menunjukkan warna kuning. Biasanya saya paling taat dengan rambu lalu lintas, termasuk tentang lampu merah ini. Tapi karena saya perutnya terasa mules banget, makanya saya balaplah pas lampu masih kuning, biar masih sempat lolos. Tapi sejak sudah kecelakaan tahun lalu, saya merasa mata saya jadi agak rabun jauh. Eh ternyata setelah lampu merah, ada polisi yang melambaikan tangan seakan pengen nebeng -hahahaha-. Yah.. saya diberhentikan. Mungkin ini yang dinamakan apes.

Saya teringat berita yang baru-baru ini viral, sebuah mobil di kejar oleh Polisi karena tetap melaju saat Polisi memberhentikannya. Lebih parahnya lagi, mobil itu ditembak (kalau tidak salah 9 kali) dan menyebabkan seseorang yang ada di dalam mobil harus kehilangan nyawa. Saya teringat itu, makanya saya langsung berhenti saat Polisi memberhentikan saya. Pasti para pengguna jalan lainnya ada yang ketawa-ketawa melihat saya diberhentikan (karena saya juga suka kayak gitu dulu. *Mungkin ini yang dinamakan karma -Hahahah-), dan bukan tidak mungkin bakal ada yang berpendapat, "bodo'nya itu cewek, kenapa berhenti. Harusnya tetap saja jalan". Ah bodo amat, inikan masalah saya, jadi saya yang harus selesaikan. Saya disuruh berhenti, yah berhenti saja. Toh Polisinya juga tidak makan orang. Paling ujung-ujungnya UANG.

Polisi meminta saya mengeluarkan SIM dan STNK, kemudian mengajak saya masuk ke posnya. Ah benar-benar apes. Saat saya berada di dalam, perasaan mules tadi malah hilang. Liat Polisi mengeluarkan buku tilang dan pulpen, mules saya jadi hilang. Diapun menjelaskan pelanggaran saya. Saya sudah menjelaskan, "tadi pas saya mau lewat, baru lampu kuning, pak". Saya juga sudah bilang kalau tadi perut saya mules. Tapi yang namanya Polisi, alasan lo kagak berlaku. Pokoknya Lo BAYAR!!!

Dia terus menjelaskan tentang pelanggaran saya dan  500.000 yang harus saya bayar di bank sambil sok-sok nulis. Namun masih bisa lewat jalan damai, 100.000. Saya tau arah pembicaraan pasti akan mengarah ke situ. Tapi pastinya saya tidak akan mau membayar 500.000 dan 100.000 itu. Maka saya tawarlah. Saya rencananya cuman mau bayar 20.000 atau 30.000 seperti yang pernah kakak bayar saat ditilang dulu. Tapi ternyata letak apes saya malah dobel. Saya teringat, di tas cuman ada uang nominal 100.000 dan 50.000. Ya ampun.. Kenapa harus 50.000 yang paling kecil? Kenapa tidak ada uang 20.000 atau 10.000an di tas? Karena malas berlama-lama di situ, maka saya kasihlah uang biru itu. Yang tadinya Polisi itu menekan-nekan saya, setelah menerima uang itu malah jadi baik cara bicaranya, "oh iya hati-hati yah di jalan". Sambil meninggalkan tempat itu, dalam hati saya beberapa kali mengatakan, "Saya benar-benar tidak ikhlas pak!".

Sebelumnya, saya memang tidak pernah menilai baik Polisi. Karena saya memang lebih banyak melihat sisi negatif pada Polisi. Walau sebenarnya MUNGKIN ada juga Polisi yang memiliki sisi positif. Tapi saya pribadi, belum pernah menemukan polisi yang mengagumkan. Sebelumnya saya juga tidak pernah ditilang. Yah mungkin ini pelajaran baru buat saya, mata harus lebih jeli saat berkendaraan -hahahah-. Dulu sebelum kecelakaan, dari kejauhan pun sudah terlihat 'pakaian coklat + rompi hijau'. Walau tak memiliki pelanggaran apapun, saya biasanya deg-degan saat melihatnya. Apakah ini yang dinamakan cinta? #Eeeeehhhh. Tapi kini, mata ini sudah tak se-jeli yang dulu.

Di perjalanan menuju rumah, untuk menghibur diri, di dalam hati dan pikiran saya terus mengatakan, "Anggap saja itu sedekah, sedekah ke Polisi. Sedekah bisa ke siapa sajakan... termasuk ke Polisi", "Atau anggap saja 50.000 itu sudah dipakai buat makan atau nongkrong", "Atau anggap saja habis nraktir pak Polisi", Atau anggap saja 50.000 itu sudah dipake buat beli lipstik dan lipstiknya hilang entah ke mana", "Atau yah.. mungkin itu sudah rejekinya pak Polisi".

Semoga uangnya bermanfaat yah buat anak istrinya di rumah, pak. Saya bakal ikhlas kok kalau uangnya digunakan untuk hal yang bermanfaat buat anak-istrinya. Tapi kalau buat beli rokok, saya benar-benar tidak ikhlas pak, suwer deh. Wkwkwkwk

Kesimpulannya, pelajaran yang bisa diambil adalah:
  • Kalau di lampu merah sudah menunjukkan lampu kuning, mending jangan makin dibalap, sebaiknya berhenti.
  • Usahakan surat-surat berkendaraan seperti SIM dan STNK lengkap.
  • Pelihara uang kecil seperti 20.000an / 10.000an / 5.000an. Jadi, saat terpaksa berada pada posisi ditilang, kasih tuh uang kecil -hahahaha-.
  • Sebelum berkendaraan, negosiasi dulu sama perut. Jangan mules saat sementara mengendarai. Wkwkwkwk
  • Bila sudah terlanjur ditilang dan harus bayar, yah anggap saja itu habis sedekah. Kapan lagi kan.. sedekah sama Polisi.



Reading Time:

20.4.17

Mengapa Penghuni Dunia Ini Kejam-Kejam ?
April 20, 20170 Comments


Tadi pagi habis ngeliat video yang beredar di IG, 3 orang remaja yang hanya mengenakan celana dalam disiksa oleh beberapa orang yang ada di situ. Awalnya saya mengira mereka ini adalah begal, makanya disiksa seperti itu. Dari awal melihat video itu, hati ini kok sakit yah. Yah Allah.. tega amat yah mereka memperlakukan 3 remaja itu seperti binatang. Di dalam video itu terlihat seorang tentara yang memukuli remaja itu dengan selang. Ada juga satpam dan warga kompleks yang menyuruh mereka merayap dari depan dan belakang badan mereka seperti ular. Remaja itu juga disiram air dan menggeliat seperti cacing yang terkena teriknya panas matahari. Saya berpikir mereka sangat kesakitan hingga seperti orang yang epilepsi karena luka-luka yang mereka dapatkan terkena air. Namun kata kakak, remaja itu disiram air panas. Tak hanya itu. Mereka juga ditetesi lilin panas. Ya Allah... tega bener mereka melakukan itu.

Saya tidak menyelesaikan menonton video itu, karena memang tidak tega melihatnya. Saya kemudian membaca caption dari video itu, ternyata mereka adalah remaja-remaja yang mengejar pelaku tabrak lari dari sebuah mobil sedan. Namun ketiga remaja itu dituduh sebagai pelaku begal. Mereka menerima penyiksaan tanpa adanya bukti bahwa mereka memang pembegal. :(

Ah video itu membuatku tidak bisa tidur malam ini. Apa yang teringat dari video itu? Saat remaja-remaja itu disiram dengan air panas, bahkan sampai ke bagian vital mereka. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana sakit yang mereka rasakan. Ketika membuat teh, sedikit saja air panas yang terciprat di tangan rasanya sudah sangat sakit. Apalagi remaja-remaja itu dengan sengaja disiram air panas 1 cerek. Ya Allah.. Bagaimana mungkin warga kompleks, satpam dan tentara itu tega melakukan itu? Di mana hati kalian?

Saya bahkan berpikir, bagaimana mungkin orang-orang yang tinggal di kompleks mewah yang identik dengan orang kaya dan berpendidikan tinggi masih melakukan hal-hal kejam seperti itu? Harusnya mereka lebih punya hati untuk tidak melakukan penyiksaan atau setidaknya menghentikan penyiksaan itu. Harusnya logika mereka berjalan, mereka telah menelanjangi 3 remaja itu dan tidak menemukan benda-benda yang identik dengan begal, misalnya busur atau benda tajam lainnya, mereka tidak menemukan itu. Lalu mengapa mereka masih melakukan penyiksaan itu? Padahal remaja-remaja itu sudah menjelaskan semuanya, tapi mereka malah tidak menghiraukannya. Mereka adalah orang kaya dan berpendidikan tinggi, harusnya bisa lebih mengerti bahwa ada pihak yang berwajib. Mengapa malah main hakim rame-rame? Apakah karena di situ ada tentara yang kenyataannya juga ikut ambil bagian? Tega benner kalian!

Tunggulah karma kalian. Kalian pikir apa yang telah kalian lakukan tidak akan mendapat balasan? Tuhan selalu mengembalikan apa yang telah kita lakukan pada orang lain. Bila tidak kembali pada diri sendiri, yah keluarga atau bahkan anak cucu yang akan menerima karma itu.
Dan di akhirat nanti, perlakuan kalian pada 3 remaja itu akan dimintai pertanggungjawaban.
Ya Allah.. mengapa penghuni dunia ini sangat kejam? Kejam pada sesama manusia, ada juga yang kejam pada hewan. Apa yang mereka rasakan saat melakukan kekerasan itu? Apakah hati mereka puas? Bahagia? Atau malah hati mereka sudah tidak berfungsi lagi ?
Reading Time:

24.2.17

Motivasi Datang dari Arah yang Tidak Diduga-duga
February 24, 20170 Comments


Biasanya istilah yang paling familiar adalah "rejeki datang dari arah yang tidak diduga-duga". Yes of course that's right. Tapi ternyata bukan hanya rejeki, saya menyadari bahwa motivasi juga bisa datang dari arah yang tidak diduga-duga. Mengapa? yah karena saya telah mengalaminya sendiri. 

Bertekad untuk menyelesaikan Skripsi setelah Dibuat Tersinggung Oleh teman SD
Waktu itu ada reuni kecil-kecilan dengan teman-teman SD. Kalau tidak salah, terakhir di kelas 6 SD total kami ada 24 orang. Dan saat reuni kecil-kecilan itu, yang datang kurang dari 10 orang. Yah memang di antara yang datang, hanya saya yang masih berstatus mahasiswa, -mahasiswa tingkat akhir lebih tepatnya (masuk semester 8)-. Yang lainnya ada yang sudah kerja, ada yang sudah nikah, dan ada yang berstatus sedang menganggur -hahahaha-. Yah wajarlah saya masih berstatus mahasiswa. Saya memang sempat menganggur selama setahun sebelum memutuskan untuk kuliah. Mereka cepat selesai karena mereka masuk 2010, sedangkan saya 2011. #Pembelaan

Semua topik pembahasan mengenai masa-masa SD telah habis kami bahas. Entah apa yang dibahas setelah itu, topik pembicaraan lalu mengarah ke skripsi. Padahal waktu itu saya memang lagi galau-galaunya karena skripsi. Saya juga menghilang dari kampus selama sebulan setelah ujian proposal. Lalu salah satu teman menyemangati untuk berjuang menyelesaikan skripsi. Dan seseorang lainnya mengatakan "ini anak lama banget lulusnya, sementara kita-kita sudah selesai", lalu mereka tertawa. Yah mungkin itu hanya candaan bagi dia. Dan sepertinya memang tidak ada unsur yang membuat tersinggung dari kata-kata itu. Tapi yang namanya mahasiswa tingkat akhir yang lagi galau-galaunya skripsi, jadi sangat sensitif  mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan skripsi dan kelulusan. Ditambah memang saat itu saya lagi PMS, maka lengkaplah sudah ke-sensitif-an saya karena perkataannya.

Jujur saya tersinggung dengan perkataan salah satu teman yang datang saat itu. Tapi sebagai mahasiswa yang beretika, saya menyembunyikan ketersinggungan itu dan ikut tertawa dengan mereka -Hahahah-. Padahal di lubuk hati yang terdalam; "okeh silahkan kalian ketawai saya. Tunggu yah kabar kelulusan saya. Saya akan buktikan kalau saya bisa menyelesaikan skripsi itu secepatnya". Dan setelah pulang dari reuni itu, saya benar-benar bersemangat untuk mengerjakan skripsi. Walau agak kesulitan karena setelah proposal, saya menghilang dan terkandas di bab 4. Namun malam itu juga, saya bisa mengerjakan beberapa lembar bab 4. Keesokan harinya, saya langsung melakukan konsultasi pertama pada dosen pembimbing.

Berhubung sebelumnya saya telah menghilang cukup lama, saat saya menemui dosen pembimbing 1, beliau mengatakan "Aduh Ila... itu Ita (sahabat saya di bangku perkuliahan) sudah Wisuda, kamu baru muncul untuk konsultasi?". Respon saya waktu itu? hanya "heheheh". Namun dibalik "heheheh" itu terdapat motivasi yang semakin kuat untuk bisa wisuda di periode berikutnya.

Saya semakin sering muncul di kampus. Konsultasi-Revisi-Konsultasi-Revisi-Konsultasi-Revisi. Saya berjuang selama sebulan sebelum akhirnya di Acc untuk maju ujian meja, tentunya dengan berbagai hambatan. Dan memang, 'proses' tidak akan mengecewakan 'hasil'. Saya wisuda bulan September 2015, tepat setelah periode wisuda sahabat saya Ita (Juni 2015).


Kesimpulannya?
  • Motivasi bisa datang dari ketersinggungan. Tidak masalah bila dihina, dicela, diremehkan atau disinggung-singgung. Yang jadi masalah adalah ketika kita menerima itu semua, kita hanya terpuruk dan tidak ada keinginan untuk membuktikan bahwa kita bisa. Jadikan semua itu sebagai motivasi untuk bangkit. Ubah hinaan, celaan, atau remehan itu menjadi sebuah pujian di kemudian hari. Cause You can do it !
  • Total dalam bertindak, do the best. Ini memang harus. Kalau sudah diremehkan, yah harus benar-benar melakukan yang terbaik. Totally ! Karena kalau setengah-setengah, lebih baik mundur. Karena hasilnya pun tentunya akan setengah-setengah. 
  • 'Proses' tidak akan mengecewakan 'Hasil'. Kalau sudah melakukan yang terbaik dan yakin akan berhasil, In Syaa Allah keinginan kita akan terwujud.
  • Berdoa. Sering-sering konsul dan curhat ke Maha Segala-galanya. Ini adalah bagian terpenting. Tugas kita adalah berusaha dan melakukan yang terbaik. Sisanya serahkan kepada Yang Maha Kuasa. 

Reading Time:

@ilayahya_