Mati Rasa | #1 - ila yahya

25.5.21

Mati Rasa | #1

 



Kisah Sayawali dengan anggapan orang-orang tentang Saya. Yang mereka lihat, Saya sampai saat ini masih single karena Saya terlalu pemilih. Di sisi lain bakuk yang mengira bahwa Saya telah memiliki pacar. Padahal kutaku semua itu tidak benar. Saya merasa diriku telah mati rasa.

 

Entahlah apa yang salah dengan Saya. Tapi memang tak ada satupun lelaki yang menarik di mata Saya sejak tahun 2016. Tahun di mana Saya pernah dibuat baper oleh seseorang. Yang hingga kini membuat Saya seakan menutup hati untuk siapa pun.

 

Saya juga merasa ada yang aneh denganku. Hingga Saya menggunakan aplikasi pencari jodoh. Dan ada beberapa lelaki yang sempat Saya temui. Dan sama seperti sebelum-sebelumnya, Saya tidak merasa sreg dengan lelaki-lelaki tersebut yang berujung Saya memutuskan kontak dengan mereka. Saya hanya tak ingin memberikan harapan kepada mereka sehingga Saya memutuskan untuk tidak lagi ingin berhubungan dengan mereka dengan mengabaikan pesan-pesan mereka di Whatsapp.

 

Kembali ke tahun 2016, tahun di mana Saya sempat dibuat baper oleh seseorang. Di tahun itu Saya sempat mengalami kecelakaan lalulintas yang membuat Saya harus dioperasi. Awal bertemu dengan dokter yang akan menanganiku, Saya tak ada perasaan apapun. Dokter itu menemui Saya yang telah masuk kamar perawatan. Di situ dokter memeriksa keadaan Saya. Di situpun Saya belum memiliki perasaan apapun. 

 

Tibalah momen operasi. Dokter tersebutlah yang melakukan tindakan operasi pada Saya. Puji Tuhan, operasiku berjalan lancar. Setelah operasi, Saya dikembalikan ke ruang perawatan untuk beristirahat. Setelah efek biusku hilang, Saya mulai membuka mata walau masih terasa pusing. Tak lama kemudian, dokter menelpon Saya untuk menanyakan keadaan Saya. Di situ pun Saya masih belum ada perasaan pada sang dokter.

 

Saya menyimpan nomer dokter tadi. Dan Line otomatis meng-add nomer tadi sebagai kontak di Line. Tak lama kemudian, chat dokter masuk di Line Saya dan mengatakan bahwa kalau merasa tidak enak atau ada apa-apa, kabari saja dokter via Line. 

 

Dokter itu membuat Saya merasa nyaman dengannya. Saya dijenguk 3 kali sehari untuk memastikan keadaan Saya tetap membaik. Belum lagi dokterku sering mengajak bercanda Saya. Semua tindakan seperti memberikan obat atau mengganti perban bekas operasi pun dilakukan oleh dokterku langsung. Padahal semua tindakan itu biasa dilakukan oleh perawat penanggung jawab.

 

Saya makin nyaman dengan kebaikan-kebaikan dokter tersebut. Belum lagi saat Saya mengatakan ingin pulang karena sudah rindu dengan kucingku di rumah, dokter itu mengatakan kalau belum ikhlas jika pasiennya pulang. Walaupun bercanda, tapi Saya memasukkan kata-kata tersebut ke hatiku.

 

Yah, Saya menyukai dokter tersebut dengan segala kebaikan dan perhatiannya. Sekarang sudah 2021 dan Saya belum bisa move on dari dokter tersebut. Itulah mengapa Saya masih belum bisa membuka hati buat siapapun. Karena hatiku masih untuk sang dokter.

 

Banyak lelaki yang mendekati Saya tapi tak satupun yang kuberikan kesempatan untuk mengetuk pintu hatiku. Lima tahun bukan waktu yang singkat. Tapi hati Saya masih untuk sang dokter.

 

Saya juga bingung harus bagaimana. Tidak mungkin Saya menyatakan perasaanku pada sang dokter. Karena Saya merasa apa yang dilakukan oleh dokterku dulu adalah sikap profesional seorang dokter untuk pasiennya. Mungkin itu adalah salah satu trik mengambil hati pasien agar pasiennya nyaman dengan dokternya. Tapi Saya menafsirkannya salah yang berujung baper.

 

Yah, Saya sudah sulit menyukai lelaki lain. Saya telah mati rasa pada siapapun. Karena hatiku masih untuk sang dokter. Lalu, Saya harus bagaimana ?

 


-----------------------------------------

Follow IG penulis yahhhh

Klik >> @_helloila << Klik

No comments:

Terima kasih telah membaca tulisan ini. Silahkan tinggalkan komentar ^_^

@ilayahya_