Menjadi Supporter Bersalin - ila yahya

7.12.16

Menjadi Supporter Bersalin



Juli 2016 adalah bulan ke-sembilan di masa kehamilan kakak. Dan di bulan Juli ini masih dalam suasana puasa Ramadhan 1437H. Ini adalah saat yang kami tunggu-tunggu di rumah -yaiyalaahh.. ini kan anak pertama bagi kakakku dan suaminya, ponakan pertama bagi saya, dan cucu pertama bagi kedua orang tuaku. Benar-benar tidak sabar menantikan kehadiran pendatang baru ini.

Tanggal 3 Juli, kakak mulai merasakan sakit dibagian perut tembus ke belakang sejak subuh. Dan baru kali itu dia tidak ikut berpuasa. Sebelumnya, 26 hari kemarin dia ikut terus berpuasa. Padahal lagi hamil. Wow.... Luar biasa kamu kak... Tanda-tanda bahwa dia akan melahirkan semakin ia rasakan. Tapi belum ingin mengatakan apa-apa ke mama dan suaminya. Yah.. dia menahannya sendiri. Sampai saat berbuka puasa tiba, dia memutuskan untuk ke rumah sakit. maka bersiap-siaplah kami. Suaminya menyiapkan segala keperluan kakak. Saya deg-degan bahwa kakak akan melahirkan. Lah knp kamu yang deg-degan ? kan bukan kamu yang bakal melahirkan. Saya memberitahu mama bahwa kami akan ke rumah sakit malam ini karena sepertinya bocah yang ada di dalam kandungan kakak bakal keluar. Mama pun memberikan wejangan-wejangan ke kakak. Dan tibalah sesi yang sangat mengharukan. Sesi maaf-maafan padahal lebaran masih 4 hari lagi. hahahahah. Sebelum keluar rumah, dengan hati yang tulus kakak bersimpuh di hadapan mama dan bapak memohon maaf atas segala kesalahannya selama ini serta meminta doa dan ridho dari kedua orang tua agar proses persalinannya lancar.

Kurang lebih 20 menit perjalanan, kami sampai di RS Unhas (Rumah Sakit andalan kami hahaha) dan langsung ke UGD. Setelah menunggu sekitar setengah jam, bidannya datang. Saat dicek, ternyata baru pembukaan satu. Whaaaaatttt??? pembukaan satu ? Sakit yang dirasakan kakak sejak subuh dan semakin menjadi-jadi itu baru pada tingkat pembukaan satu ? saya jadi mikir, "kalau baru pembukaan satu dan total pembukaan ada sepuluh, kapan keluarnya ni bocah ?" -___-

Bidan memprediksikan kalau kakak bakal melahirkan saat subuh atau pagi. Hoaaaaammmmss.. Jadi ceritanya, malam ini kita begadang ? -____-

Yah sudahlah... kami (saya, kakak dan suaminya) memutuskan untuk tinggal di Rumah Sakit itu sampai kakak melahirkan. Berhubung kakak adalah perawat di Rumah Sakit itu, maka kami menunggu di markasnya (Ruang perawatan VIP). Teman-teman kakak yang dinas malam pada kaget saat kakak muncul dengan style ibu-ibu bakal berjuang (pake sarung). Kakak dianjurkan untuk banyak jalan biar tanda-tanda bakal melahirkannya cepat muncul tanpa harus menunggu pagi. Dan sebagai adik yang berbakti pada kakaknya, saya menemani kakak naik turun tangga. Turun ke lt.1 dan naik lagi sampai lt.4. Itu naik kaki loh.. bukan naik lift -hahahah emang ada yang nanya?-. Lumayan capek juga yah.. hitung-hitung sebagai olahraga buat saya :D :D

Teman-teman kakak yang sudah pernah melahirkan menyarankan untuk membeli teh kotak banyak-banyak. Biar bisa jadi sumber energi bagi kakak saat berjuang di ruang persalinan. Dan saya membeli selusin teh kotak. hahahahah sepertinya saya terlalu bersemangat. Sepertinya tanda-tanda bakal melahirkan belum muncul. yah kami memutuskan untuk istirahat saja. 

Jam menunjukkan pukul 1 dini hari. Dan kakak mulai merasakan sakit yang lebih dari sebelumnya. Kami pun menelpon bidan. Saat bidan datang dan nge-cek sudah pembukaan berapa, ternyata sudah pembukaan 4. kakak sudah bisa masuk di ruang persalinan. Saya semakin deg-degan. Padahal bukan saya yang bakal melahirkan. Hahahaha.

Suami kakak dengan penuh kesabaran mendampingi kakak. Bayangkan kalau orang sudah kesakitan, yang jadi pelampiasan itu siapa? yah yang di sampingnya. Dan itulah suaminya. Berhubung pasukan yang ikut dengan kakak dari rumah cuman 2 orang, maka sayalah yang harus ngurus ini-itu. Hitung-hitung sebagai balas budi ke kakak karena dulu waktu saya operasi, dia yang mengurus segalanya.

Saya diberikan selembar kertas oeh bidan untuk registrasi di lt.1. Sebenarnya saya agak gimana yah berkeliaran tengah malam di Rumah Sakit, sendiri pula di lift. "Bagaimana kalau tiba-tiba liftnya berhenti dan saya masih di dalam?", "Bagaimana kalau tiba-tiba ada penampakan di lift?", dan masih banyak lagi  "bagaimana kalau... bagaimana kalau..." yang muncul di benakku kala itu. Tapi saya membuat pengalihat pikiran ke proses persalinan kakak dan sok-sok nyanyi dengan suara kecil (padahal suaranya fals minta ampun. Hahahah)

Setelah mengurus segalanya, saya kembali ke ruang persalinan. Saya melihat wajah kakak begitu pucat tapi terlihat bercahaya. Entah itu efek sinar lampu atau memang wajahnya murni terlihat bercahaya. Saya mendengar bidan mengatakan bahwa sudah pembukaan 10. Wow.. ternyata cepat juga. Waktu itu jam menunjukkan pukul 2 dini hari. Sebenarnya saya juga tidak ngerti bagaimana itu pembukaan-pembukaan. Kenapa harus sampai 10? kenapa tidak sampai 5 saja? Whateverlah.. Abaikan!. Kakak mulai berjuang dibantu bidan, suaminya menyemangati disebelahnya. Lalu saya ngapain di situ? Saya sebagai divisi pemberi minum ke kakak kalau dia butuh minum. :D :D

Setengah jam berlalu dan kakak masih berjuang. Melihat perjuangannya, saya jadi teringat mama di rumah dan terlintas dibenakku, "pantas saja kita dilarang patoa-toai pada orang tua kita. Ternyata memang sesulit ini proses bersalin". Ada perjuangan yang harus dilalui seorang ibu untuk kelahiran si buah hatinya. Ah saat itu saya seakan merasakan sakitnya melahirkan. Seakan saya merasakan perjuangan kakak untuk kelahiran buah hatinya. Seorang bidan sempat mengatakan bahwa untuk anak pertama, normalnya memang 2 jam proses bersalin secara normal.  Jam menunjukkan pukul 3, sudah sejam kakak berjuang. Saya benar-benar tidak tega melihat kakak. Mataku berkaca-kaca. Saya pun mundur dan duduk di kursi dekat pintu. Bidan kembali menyemangati kakak, "Kak ayo dikit lagi. Itu kepalanya sudah kelihatan. Ayo kak Ayo...". mataku semakin berkaca-kaca. Kakak berkuat, daaaaaaannnnnnn... terdengarlah suara tangisan seorang bayi perempuan. Yaaahhh... ponakan pertamaku lahir. Saat itu Jam menunjukkan pukul 3:16 Am.  Saya menangis, menangis haru.

Aisyah Ramadhani Sofyan

Ini adalah foto yang diambil beberapa menit setelah proses bersalin. Yang membuat saya heran, biasanya bayi setelah dilahirkan, matanya tertutup. Lah ni bocah, matanya melek-melek. Atau mungkin bayi-bayi masa kini memang gitu yah. Hahahahaa. 

Kami tidak berlama-lama di rumah sakit itu. tanggal 4 subuh kakak melahirkan, tanggal 5 pagi kami sudah mengurus administrasi untuk kepulangan. Karena tanggal 6 juli sudah Lebaran dan kami ingin merayakan Idul Fitri di rumah bersama bocah pendatang baru, Aisyah Ramadhani Sofyan

Aisyah, sehat selalu yah nak.. jadi anak yang berbakti pada kedua orang tua dan tantenya -Hahah maunyaaaa-. Jadi anak yang cerdas dan soleha. Aisyah cepat besar yah.. biar kita bisa ke mall bareng :D


4 Juli 2016 pukul 3:16 Am di RS Unhas adalah moment bersejarah dalam hidupku karena bisa menyaksikan secara langsung proses bersalin secara normal. Di mana ini bisa menyadarkanku untuk selalu berbuat baik pada kedua orang tua khususnya mama.

No comments:

Terima kasih telah membaca tulisan ini. Silahkan tinggalkan komentar ^_^

@ilayahya_